Obama Diminta Pahami Islam Indonesia Bukan Teroris

Lawatan Presiden Amerika Serikat Barack Obama selama di Indonesia akan melakukan dialog dengan sejumlah tokoh agama di Masjid Istiqlal pada hari kedua. Bagaimana persiapan para tokoh agama?

Salah seorang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Slamet Effendy Yusuf mengaku dalam dialog tersebut, dirinya akan memberi pemahaman kepada Obama perbedaan antara Islam di Indonesia dengan Timur Tengah.

“Umat Islam Indonesia memiliki karakter sendiri dan berbeda dengan Muslim Timur Tengah. Perlu diketahui kemudian bahwa Islam di Indonesia adalah Islam toleran, cinta damai, dan sama sekali bukan teroris," kata Slamet saat dihubungi okezone di Jakarta, Selasa (9/11/2010).

"Yang harus dipahami Obama sebagai Presiden Amerika Serikat yang terkenal sebagai negara adidaya yang konon melahirkan nilai-nilai kebebasan, bahwa Indonesia merdeka juga memiliki mimpi-mimpi sendiri, cita-cita kebesaran sendiri," lanjutnya.

Oleh sebab itu, Amerika Serikat harus mengubah cara pandang agama sehingga menjadi dialog civilization (peradaban).

"Agama tidak bisa dipandang seperti Hungtington bahwa agama berasal dari basis kultural sehingga menjadi benturan peradaban, seharusnya bisa dijadikan dialog civilization (peradaban). Hubungan antar negara juga tidak boleh dilihat dalam perspektif lama, seperti peta-peta Dunia Barat lama. Karena mobilitas yang mudah, sehingga tidak mungkin mematok orang harus tinggal di satu tempat," imbuh dia.

Kedepan kerja sama yang harus dibangun oleh Indonesia-Amerika Serikat adalah harus saling menguntungkan. 

"Kerjasama yang harus dibangun dengan Indonesia perlu ada kerja sama saling menghargai dan bukan kerjasama eksploitatif, mudah-mudahan memahami itu," kata dia.

Slamet menyontohkan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat dalam bidang ekonomi, seperti Freeport.

"Faktor-faktor itu kita bisa membangun hubungan yang baru, supaya hubungan Indonesia-Amerika saling menguntungkan. Pemerintahan Amerika harus mendorong dan bersedia melakukan perubahan seperti kerja sama di freeport, di mana sekolompok mereka berlimpah tapi masyarakat di pinggirnya sengsara," tutur dia. 

"Amerika harus bisa membuat kerja sama yang tidak eksploitatif. Ketidakadilan seperti itu yang membuat terorisnya. Ketidakadilan politik dan ekonomi bisa membikin teroris. Orang Amerika bodoh apabila tidak bisa memahami orang Indonesia, sebab bangsa kita juga akan menjadi bangsa yang besar nantinya," paparnya.