Terungkap dalam siaran pers, seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM, di Jakarta, Kamis (30/9/2010), hal pertama yang perlu diperhatikan, yakni pembangunan jembatan dan pembangunan di wilayah penyanggahnya diharapkan memperhatikan kondisi lingkungan geologi yang beraspek kebencanaan geologi.
Kedua, penanganan lingkup kebencanaan geologi hendaknya bersifat terpadu, dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebencanaan secara genetika dan potensi paparannya secara kuantitatif.
Ketiga, penelitian dan pemantauan secara berkesinambungan potensi bahaya geologi, merupakan hal penting untuk dilaksanakan dan diperhatikan.
Keempat, membuat mikrozonasi bencana dan risiko geologi yang bersifat terpadu dan terapan dalam perencanaan pembangunan jembatan dan kawasan.
Kelima, menentukan secara kuantitatif besaran ancaman bahaya geologi khususnya bahaya gempabumi, letusan gunung api, landaan tsunami dan gerakan tanah serta bahaya ikutan lainnya.
Keenam, memadukan sains dan teknologi bersifat terapan dalam upaya mengurangi dan mengantisipasi risiko bahaya informasi kondisi geologi dan potensi bahayanya, hendaknya diberikan atau dikeluarkan oleh institusi Pemerintah sesuai dengan tugas fungsi yang diamanatkan.
Terakhir, mengikutsertakan seluruh pemangku kepentingan dalam tatakelola risiko bencana dan penyebar luasnya serta pendidikan tatakelola risiko bencana kawasan Selat Sunda.
0 komentar:
Posting Komentar